
Bengkulu Tengah, Selimburcaya.com – Abrasi yang melanda Desa Pekik Nyaring, Kecamatan Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah, terus menimbulkan kerusakan parah. Sejak terjadi pertama kali pada 2020, abrasi telah menyebabkan tenggelamnya 15 rumah dan, terbaru, ambruknya gedung konservasi penyu Latun Utara pada Senin malam.
Satu gedung yang biasanya digunakan untuk kegiatan penangkaran penyu kini tidak dapat digunakan, menyisakan satu gedung kantor dan tempat penetasan telur penyu. Kepala Desa Pekik Nyaring, Noval Ananta, menyampaikan keprihatinannya atas lambannya penanganan abrasi yang telah berlangsung selama empat tahun terakhir.
“Sudah 15 rumah dan satu gedung konservasi penyu yang ambruk. Kami berharap pemerintah dapat segera membangun pemecah ombak pada tahun 2025 untuk menghentikan dampak abrasi ini,” ujar Noval.
Upaya Penanganan Sementara
Pada Juni 2024, Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu sempat memasang geoblock sebagai upaya memecah ombak. Namun, solusi tersebut tidak bertahan lama, sehingga abrasi terus berlanjut hingga merusak infrastruktur di wilayah pesisir tersebut.
Kabid Pengelolaan Ruang Laut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu, Sesbania Agumanti Folia, mengungkapkan bahwa pihaknya telah bersurat dan berkoordinasi dengan lintas sektor, termasuk pemerintah pusat, untuk mencari solusi jangka panjang.
“Kami juga telah memberikan sosialisasi kepada masyarakat terdampak dan melakukan penanaman pohon cemara di pesisir pantai sebagai langkah mitigasi sementara,” jelas Sesbania.
Harapan Masyarakat
Warga Desa Pekik Nyaring berharap agar pemerintah segera memberikan perhatian serius terhadap abrasi ini. Selain menimbulkan kerugian material, abrasi juga mengancam keberlangsungan ekosistem penyu yang menjadi salah satu ikon wilayah tersebut.
Pewarta : Zoel
Editor : Ardy

