Batik Diwo Kepahiang Kian Bervariasi dengan Motif Aksara Ulu

Share it
Menariknya, meskipun awalnya lomba ini hanya terbuka untuk masyarakat Kepahiang, namun ternyata berhasil menarik perhatian peserta dari luar kabupaten seperti Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Tengah, dan Kota Bengkulu. Hal ini membuat level lomba meningkat menjadi tingkat provinsi.(15/09/2024)(foto:Hafiz/Selimburcaya.com).

Kepahiang, Selimburcaya.com – Kain batik Diwo khas Kabupaten Kepahiang kini semakin kaya dengan variasi motif baru bertema aksara Ulu. Motif-motif tersebut muncul dari ajang lomba melukis kain batik Diwo kontemporer dengan aksara Ulu, yang digelar oleh Yayasan Az-zahra Kepahiang. Acara ini berhasil memunculkan inovasi baru dalam desain batik Diwo yang menggabungkan unsur tradisi dan budaya lokal dengan sentuhan modern.

Ketua Yayasan Az-zahra, Helmiyesi, pada 14 September 2024 menyebutkan, bahwa pemenang lomba tersebut antara lain karya berjudul **Sehasen** yang diciptakan oleh Nur Jannah Kelir sebagai juara pertama, diikuti oleh motif **Kawo Lem Telng** karya Jenier Ferrary sebagai juara kedua, dan motif **Setawar Sedingin** karya Guntur Pitra Jaya sebagai juara ketiga.

Sementara itu, juara harapan pertama diraih oleh Andreas Mardiandas dengan motif **Pusako Tanek Jang**, diikuti oleh juara harapan kedua yaitu **Motif Mingai** karya Merti Dwi Ariesti, dan juara harapan ketiga dengan motif **Bungei Kibut** yang dibuat oleh Intan Dahlia. Menurut Helmiyesi, keenam pemenang tersebut dipilih dari 75 peserta yang diseleksi hingga tersaring menjadi 20 besar sebelum akhirnya terpilih sebagai pemenang.

Uniknya, lomba ini tidak hanya sekedar mengajak peserta melukis motif batik, tetapi juga mengembangkan kain batik Diwo menjadi produk budaya yang dapat diubah menjadi pakaian dan rompi. Dengan tambahan motif-motif baru ini, pilihan kain batik Diwo semakin beragam, memberi peluang untuk lebih dikenal secara luas.

“Selain lomba, peserta juga mendapatkan pelatihan melukis batik dan huruf aksara Ulu. Kami menghadirkan pakar di bidang masing-masing untuk memberikan informasi yang akurat tentang Aksara Ulu dan batik Diwo,” tambah Helmiyesi.

Menariknya, meskipun awalnya lomba ini hanya terbuka untuk masyarakat Kepahiang, namun ternyata berhasil menarik perhatian peserta dari luar kabupaten seperti Rejang Lebong, Lebong, Bengkulu Tengah, dan Kota Bengkulu. Hal ini membuat level lomba meningkat menjadi tingkat provinsi.

Dengan adanya lomba ini, partisipasi masyarakat dalam melestarikan seni batik Diwo semakin terbuka. Helmiyesi berharap, melalui acara ini batik Diwo tidak hanya dikenal di Kepahiang, tetapi juga mampu menjadi warisan budaya Provinsi Bengkulu.

Selain itu, lima pemenang lomba melukis batik Diwo ini juga akan berpartisipasi dalam agenda **Rakernas Literasi, Inovasi, dan Kreativitas** yang akan digelar di Provinsi Bengkulu, yang kabarnya akan dihadiri oleh sejumlah kementerian.

Pewarta : Hafiz

Editor : Ardy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *