Harga Kopi Robusta di Kepahiang Tembus Rp 70 Ribu per Kilogram, Petani Harus Penuhi Persyaratan Kualitas

Share it
Harga kopi robusta di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, bisa mencapai hingga Rp 70 ribu per kilogram. Namun, untuk mencapai harga tersebut, petani harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas(22/06/2024)(foto:Zoel/Selimburcaya.com).

Kepahiang, Selimburcaya.com – Harga kopi robusta di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, bisa mencapai hingga Rp 70 ribu per kilogram. Namun, untuk mencapai harga tersebut, petani harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas. Hal ini diungkapkan oleh H. Zurdi Nata, salah satu tokoh terbesar di daerah ini, yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Kepahiang.

Dalam wawancaranya dengan Selimburcaya.com, Zurdi Nata menjelaskan bahwa untuk bisa dihargai hingga Rp 70 ribu per kilogram, kopi robusta yang dijual harus berkualitas tinggi dengan rendemen mencapai 90 persen.

“Kopi robusta petani Kabupaten Kepahiang bisa mencapai harga Rp 70 ribu per kilogram, asalkan randemennya tinggi, sekitar 90 persen. Saat ini, rendemen kopi robusta di Kabupaten Kepahiang masih berkisar antara 82 hingga 83 persen. Oleh karena itu, harganya masih bertahan di Rp 65 ribu per kilogram,” jelas Zurdi Nata.

Zurdi Nata juga menjelaskan bahwa rendemen adalah persentase perbandingan antara berat buah kopi segar dengan berat kopi beras. Semakin tinggi rendemen yang dihasilkan, semakin sedikit kehilangan biji kopi selama pengolahan, yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual kopi. Dengan rendemen mencapai 90 persen, harga kopi akan semakin tinggi.

“Dengan harga Rp 65 ribu per kilogram saat ini, harga kopi robusta di Kabupaten Kepahiang sudah terbilang tinggi. Selama ini, harga kopi robusta di Kabupaten Kepahiang hanya berkisar di angka Rp 20 ribuan per kilogram,” tambahnya.

Kenaikan harga kopi yang signifikan, termasuk di Kabupaten Kepahiang, telah terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Kondisi ini membuat para petani kopi merasa senang, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Bahkan, untuk menjaga buah kopi dari pencurian, para petani kopi di Kabupaten Kepahiang rela menginap di kebun.

Salah satu penyebab utama kenaikan harga kopi akhir-akhir ini adalah karena produksi kopi dunia yang menurun. Pada tahun 2021, terjadi frost atau hujan salju di Brazil yang menyebabkan produksi kopi negara tersebut turun hingga 50 persen. Padahal, Brazil adalah negara penghasil 40 persen kopi dunia. Akibat penurunan produksi ini, harga kopi di negara-negara lain, termasuk Indonesia, diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun depan.

Dengan produksi kopi yang menurun di Brazil, yang merupakan penyumbang terbesar kopi dunia, permintaan terhadap kopi dari negara lain seperti Indonesia meningkat. Hal ini berdampak pada kenaikan harga kopi yang signifikan di pasar internasional, yang turut mempengaruhi harga di dalam negeri. Petani kopi di Kabupaten Kepahiang kini memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dengan memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan.

Secara keseluruhan, kondisi ini memberikan angin segar bagi petani kopi di Kabupaten Kepahiang, yang selama ini menghadapi tantangan harga kopi yang fluktuatif. Dengan memperhatikan kualitas dan rendemen kopi, petani dapat memanfaatkan peluang kenaikan harga ini untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pewarta : Zoel

Editor : Ardy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *