Bengkulu, sc – Stunting masih menjadi masalah gizi serius di Indonesia, termasuk di Kota Bengkulu, dengan prevalensi mencapai 20,2% pada anak usia 12–23 bulan. Salah satu upaya penanggulangannya adalah pemanfaatan potensi pangan lokal, khususnya hasil laut, sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita. Inovasi ini diharapkan mampu memperbaiki status gizi sekaligus memperkuat ketahanan pangan keluarga.

Menjawab tantangan tersebut, tim pengabdian masyarakat Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang terdiri dari Emy Yuliantini, Kamsiah, dan Risda Yulianti, bersama mahasiswa Prodi D3 dan D4 Gizi, melaksanakan program pendampingan di wilayah kerja Puskesmas Padang Serai, Kota Bengkulu. Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas kader posyandu dan pengetahuan ibu balita melalui inovasi menu berbasis pangan lokal.
Pendekatan kegiatan mencakup edukasi gizi seimbang, demonstrasi memasak berbasis video, praktik penyusunan menu, pengukuran status gizi balita, serta pendampingan langsung di lapangan. Kolaborasi dengan Puskesmas Padang Serai juga memperkuat dukungan dan penerimaan masyarakat terhadap penerapan menu lokal tersebut.

Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman dan keterampilan peserta. Skor pre-test yang sebelumnya berada pada kisaran 60–70% meningkat menjadi 77–90% setelah kegiatan. Peningkatan paling mencolok terlihat pada aspek distribusi pangan dan penentuan status gizi, menegaskan efektivitas metode pendampingan langsung. Selain itu, penggunaan modul dan pedoman praktik berbasis pangan lokal turut mendukung keberlanjutan program, termasuk dalam produksi, distribusi, serta pengelolaan menu yang higienis dan sesuai dengan selera masyarakat.
Kegiatan ini juga didokumentasikan dalam bentuk video pembelajaran yang telah diunggah di kanal YouTube dan media elektronik, sehingga dapat diakses lebih luas sebagai sumber edukasi bagi masyarakat maupun tenaga kesehatan. Tonton di sini.
Secara keseluruhan, edukasi gizi berbasis potensi lokal terbukti efektif dalam meningkatkan literasi gizi, keterampilan kader, serta pemberdayaan ibu balita dalam penyediaan makanan tambahan. Program ini tidak hanya mendukung target nasional penurunan stunting, tetapi juga menjadi model intervensi berbasis pangan lokal yang berpotensi direplikasi di wilayah lain. (red)

Dokumentasi:
Emy Yuliantini*, Kamsiah, Risda Yulianti
Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Bengkulu, Indonesia
Email: emi_yuliantini@poltekkesbengkulu.ac.id
