Share it
Ket : MBG berkualitas disalah satu sekolah keperawatan di Bengkulu. (Foto : sc)

Bengkulu, sc – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang ditujukan untuk menekan angka stunting mendapat sorotan setelah terjadi kasus keracunan massal pada anak sekolah. Lebih dari 200 siswa dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, dan diare usai mengonsumsi makanan dari program tersebut. Menanggapi hal itu, PJ MBG, Dinas Kesehatan, Puskesmas, serta tim ahli gizi segera melakukan investigasi epidemiologi, pengambilan sampel makanan, dan memberikan perawatan medis di fasilitas kesehatan terdekat.

Pemerintah menegaskan komitmennya bahwa keselamatan dan kesehatan anak merupakan prioritas utama. Karena itu, perbaikan tata laksana penyediaan MBG akan segera dilakukan untuk mencegah kejadian serupa terulang. Dukungan psikososial juga disiapkan agar anak dan keluarga tidak mengalami trauma terkait program ini.

Rencana pemantauan mencakup monitoring kesehatan anak terdampak selama 14 hari, penilaian ulang status gizi dalam 1–3 bulan pasca kejadian, serta evaluasi dan sertifikasi ulang penyedia makanan. Program MBG akan tetap berjalan dengan pengawasan yang lebih ketat. Pemantauan status gizi anak terdampak terus dilakukan, sementara sistem quality control dan sanitasi penyedia makanan diperkuat dengan audit keamanan pangan secara rutin. Dalam jangka panjang, pemerintah akan menerapkan standar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada penyedia MBG, melaksanakan pelatihan rutin tim pelaksana tentang higiene, sanitasi, dan keamanan pangan, serta melibatkan ahli gizi dalam supervisi menu dan distribusi.

Dalam mendukung keberlanjutan program, seluruh pihak diharapkan turut berperan menjaga keamanan pangan. Penyedia makanan wajib memastikan bahan yang digunakan selalu segar dan berizin edar, mengolah makanan sesuai prinsip higiene dan sanitasi, serta mendistribusikan dalam kondisi tertutup, aman, dan segera dikonsumsi kurang dari dua jam setelah dimasak. Sekolah dan guru diminta mengawasi distribusi serta konsumsi makanan di lingkungan sekolah, segera melaporkan keluhan kesehatan ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan, dan mengingatkan siswa untuk mencuci tangan sebelum makan.

Orang tua atau wali murid juga diharapkan memberikan dukungan penuh terhadap program MBG, segera melaporkan bila anak mengalami gangguan pencernaan setelah mengonsumsi makanan, serta aktif mengikuti edukasi gizi yang diselenggarakan sekolah maupun Puskesmas. Petugas kesehatan berperan melakukan monitoring keamanan pangan secara rutin, menyiapkan penanganan darurat bila terjadi keracunan, serta memberikan konseling gizi untuk mendukung pemulihan anak.

Dengan sinergi antara pemerintah, sekolah, penyedia makanan, tenaga kesehatan, orang tua, dan masyarakat, Program MBG dapat berjalan dengan aman, berkualitas, dan berkelanjutan. Pemerintah menegaskan kembali bahwa tujuan utama adalah tercapainya generasi sehat dan bebas stunting.

MBG Aman, Anak Sehat, Bangsa Kuat.

(Emy Yuliantini, DPD PERSAGI Bengkulu, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Email: emi_yuliantini@poltekkesbengkulu.ac.id)

By Media Online & Tv

Aktual, Berbudaya, Terpercaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *