Mukomuko, Selimburcaya.com — Di tengah gencarnya pemerintah pusat mendorong Program Tanam Jagung Nasional Sejuta Hektare untuk mendukung swasembada pangan dan mengurangi impor, sikap berbeda justru muncul dari Desa Penarik, Kecamatan Penarik, Kabupaten Mukomuko.

Kepala Desa Penarik, Supardi, menegaskan bahwa desanya memilih menolak ikut dalam program nasional tersebut karena keterbatasan lahan aman dan potensi konflik antarwarga.
“Kami tidak punya lahan aman untuk ditanami jagung. Kalau dipaksakan, malah jadi sia-sia. Jadi, kami tidak akan tanam jagung,” tegas Supardi.
Masalah Ternak Jadi Kendala Utama
Supardi mengungkapkan bahwa banyaknya sapi warga yang dibiarkan berkeliaran bebas menjadi alasan utama penolakan. Ia khawatir tanaman jagung yang baru tumbuh akan habis dimakan ternak, memicu kerugian hingga konflik antarwarga.
“Kalau jagung dimakan sapi, siapa yang ganti? Itu juga kalau ketemu pemiliknya. Kalau hasil jagungnya nihil, siapa yang tanggung jawab? Mending tidak usah tanam daripada bikin masalah,” jelasnya.
Tak Goyahkan Target Pemerintah Daerah
Meski Desa Penarik menolak, Supardi optimistis target luas tanam yang dicanangkan pemerintah daerah tetap tercapai. Pasalnya, desa-desa lain di Mukomuko sudah banyak yang menanam jagung bahkan melebihi target satu hektare per desa.
“Kalau kami nggak bisa tanam, desa lain bisa tanam lebih. Sudah cukup bantu kejar target,” tambahnya.
Dukungan Dana Desa untuk Program Jagung
Sebelumnya, Kepala Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan Dinas PMD Mukomuko, Wagimin, menyatakan bahwa seluruh desa di Mukomuko telah diminta mengalokasikan sekitar Rp30 juta dari dana desa dalam APBDes 2025 untuk mendukung program ini. Target luas tanam yang ingin dicapai yakni 148 hektare dari 148 desa.
“Semua desa sudah diminta melakukan penyesuaian APBDes 2025 untuk program ini,” kata Wagimin.
Pewarta : Zoel
Editor : Ardy

