ggg
Share it

Bengkulu, Selimburcaya.com — Dampak pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai kembali menghantam warga Kota Bengkulu. Kali ini, krisis menyasar ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Pertamax yang kian sulit didapat di berbagai SPBU.

antrean panjang kendaraan terlihat di SPBU Rawa Makmur dan SPBU KM 6,5 Kota Bengkulu  Rabu (23/04/2025)(foto:Zoel/Selimburcaya.com)

Bahkan, SPBU KM 6,5 diketahui sudah menerapkan pembatasan pembelian BBM bersubsidi sejak awal Februari 2025.

“Sudah bisa dibilang langka. Kapal tanker pengangkut BBM sudah tidak bisa masuk lewat pelabuhan, sehingga pasokan dialihkan dari depot-depot penyangga di luar provinsi seperti Linggau, Jambi, dan Palembang,” jelas Bagas Yahya, Pengawas SPBU KM 6,5.

Menurut Bagas, pasokan terakhir sebanyak 40 ton yang diterima SPBU langsung habis hanya dalam waktu kurang dari satu hari.

“Semalam kami dapat pasokan 40 ton, tapi hari ini sudah habis. Karena itu kadang kami tutup lebih cepat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, pihak SPBU kini menerapkan pembatasan pengisian:

  • Kendaraan roda dua: maksimal 5 liter atau Rp 50.000

  • Kendaraan roda empat: maksimal 40 liter atau Rp 400.000

“Sebelumnya tidak ada batasan, asalkan sesuai SOP. Tapi sekarang harus dibatasi agar stok tidak langsung habis,” imbuh Bagas.

Krisis ini dirasakan langsung masyarakat. Salah satunya Arahim, warga Kota Bengkulu, yang mengaku sudah seminggu sulit mendapatkan Pertalite.

“Sudah seminggu ini cari Pertalite susah. Kalau pun ada, antreannya panjang. Kadang terpaksa beli di eceran meskipun harganya lebih mahal. Mau Pertamax juga sering kosong,” keluhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kelangkaan BBM di Bengkulu disebabkan oleh pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai, yang menyebabkan kapal tanker tak bisa sandar dan seluruh distribusi BBM dialihkan melalui jalur darat.

Pewarta : Zoel
Editor : Ardy

By Zul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *