hh
Share it

Bengkulu, Selimburcaya.com – Krisis transportasi laut akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu terus meluas. Kali ini, sebanyak 20 mahasiswa asal Bengkulu dilaporkan terjebak di Pulau Enggano, menyusul dihentikannya seluruh aktivitas penyeberangan oleh PT ASDP sejak Jumat, 28 Maret 2025 hingga waktu yang belum ditentukan.

Kali ini, sebanyak 20 mahasiswa asal Bengkulu dilaporkan terjebak di Pulau Enggano, menyusul dihentikannya seluruh aktivitas penyeberangan oleh PT ASDP sejak Jumat, 28 Maret 2025 hingga waktu yang belum ditentukan Sabtu (12/04/2025)(foto:Zoel/Selimburcaya.com)

Kondisi ini berdampak pada berbagai sektor, mulai dari pendidikan, sosial, ekonomi, hingga akses logistik masyarakat Enggano yang kini semakin terisolasi. Warga yang berada di Kota Bengkulu pun telah menyatakan akan menggelar aksi unjuk rasa pada Senin, 14 April 2025, di kantor PT Pelindo sebagai bentuk protes.

ASDP: Belum Ada Kepastian Jalur Dibuka

Supervisi Pelabuhan dan Penyebrangan ASDP Bengkulu, Radmiadi, menyebut bahwa pihaknya juga belum mendapatkan kejelasan kapan alur Pelabuhan Pulau Baai bisa kembali dilalui kapal.

“Kami juga belum tahu sampai kapan alur bisa dilalui,” ujarnya, Sabtu (12/4/2025).

Surat pemberitahuan aksi dari warga Enggano menyatakan bahwa pendangkalan alur masuk Pelabuhan Pulau Baai telah menyebabkan lumpuhnya ekonomi, sosial, hingga dunia pendidikan di Pulau Enggano. Transaksi jual beli nyaris berhenti, dan masyarakat mulai kesulitan memenuhi kebutuhan harian.

Tokoh Adat: Pemerintah Lalai dan Lamban

Tokoh adat Enggano sekaligus Paabuki (kepala suku), Milson Kaitora, menyesalkan lambannya respons dari pemerintah daerah.

“Pendangkalan alur bukan hal baru. Tapi tidak ada langkah antisipatif. Sekarang masyarakat yang menanggung akibatnya,” tegasnya.

Ia mengingatkan bahwa jika kondisi ini dibiarkan, akan terjadi krisis kemanusiaan di pulau terluar Provinsi Bengkulu tersebut.

“Kalau tidak ada solusi, ibu-ibu akan sangat kesulitan memenuhi kebutuhan dapur,” tambah Milson.

Mahasiswa Terjebak, Skripsi Terancam

Dampak besar juga dirasakan mahasiswa, salah satunya Sonia Agustin, mahasiswi Poltekkes Bengkulu yang tengah melakukan KKN di Pulau Enggano bersama teman-temannya.

“Kami seharusnya sudah kembali sejak 8 April untuk menyelesaikan skripsi. Tapi kami terjebak dan tidak bisa pulang,” keluh Sonia.

Lebih parah lagi, stok bahan makanan di pulau mulai menipis. Beberapa warung warga bahkan sudah tutup total karena kehabisan barang dagangan.

“Ini bukan hanya soal logistik. Ini soal kemanusiaan. Ribuan nyawa terancam,” ujarnya tegas.

Pewarta : Zoel
Editor : Ardy

By Zul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *