Guru di Sumenep Diancam Pedang dan Motornya Dibakar Murid, Ini Cerita Pilunya

Share it

Jawa Timur, Selimburcaya.com – Kejadian mengejutkan menimpa Ahmad Nurdin (50), seorang guru di SMA Putra Bangsa, Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Pada Senin, 13 Januari 2025, Nurdin diancam dengan pedang oleh salah satu muridnya yang bernama Ahmad Qurtubi (19). Tidak hanya itu, motor milik Nurdin juga dibakar setelah peristiwa tersebut.

Nurdin diancam dengan pedang oleh salah satu muridnya yang bernama Ahmad Qurtubi (19). Tidak hanya itu, motor milik Nurdin juga dibakar setelah peristiwa tersebut. Sabtu (19/01/2025)(foto:Zoel/Selimburcaya.com)

Kejadian bermula ketika Nurdin sepulang mengajar pada sekitar pukul 13.30 WIB. Pelaku, yang dikenal sebagai pemuda desa, mencegat korban di jalan Dusun Bugis dan melontarkan kemarahan setelah merasa tersinggung dengan pernyataan Nurdin saat menjadi pembina upacara di sekolah.

“Saat upacara, saya tidak menyebut siapa-siapa, hanya menyampaikan pesan global agar siswa taat pada orang tua dan guru. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa merasa itu ditujukan untuk dirinya,” ujar Nurdin, yang merupakan guru fisika dan biologi di SMA Putra Bangsa.

Terkesan emosional, pelaku kemudian mengeluarkan pedang dan mengarahkannya ke kepala dan pipi Nurdin. Untungnya, meski sempat terluka ringan, korban berhasil menjauh dari pelaku. Namun, pelaku tidak berhenti sampai di situ. Dengan marah, ia kemudian menyerang motor korban, menebasnya hingga terbakar.

Nurdin, yang merasa terancam dan trauma, melapor ke Polsek Kangean setelah kejadian tersebut. Namun, setelah pulang ke rumah, ia mendapatkan informasi bahwa motornya sudah hangus terbakar.

“Saya masih trauma, Mas. Terbayang terus kejadian itu,” ungkapnya.

Lima hari setelah peristiwa tersebut, kondisi fisik Nurdin juga menurun. Ia jatuh sakit dengan gejala batuk, demam, dan meriang, serta tak mampu beraktivitas normal. Selain itu, ia kini tidak bisa mengajar lagi, mengingat motornya yang menjadi satu-satunya sarana transportasi untuk pergi ke sekolah.

“Jaraknya tiga kilometer, saya tidak bisa berangkat mengajar tanpa kendaraan,” tambah Nurdin.

Meski berprofesi sebagai guru, Nurdin mengungkapkan bahwa penghasilannya sangat terbatas, hanya sekitar satu juta per bulan. Kini, ia menghadapi kesulitan bukan hanya akibat ancaman dan pembakaran motornya, tetapi juga persoalan kesehatannya dan keterbatasan ekonomi.

Pihak kepolisian masih belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait kasus ini. Nurdin berharap pihak berwajib segera menangani kasus yang mengancam nyawanya dan menyebabkan kerugian materiil.

Pewarta : Zoel
Editor : Ardy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *