Bengkulu, Selimburcaya.com – Penyebaran penyakit ngorok yang menyerang ternak sapi dan kerbau di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu kini menjadi ancaman serius bagi perekonomian masyarakat, khususnya para peternak. Kondisi ini semakin diperparah oleh isu peredaran komoditi anggur Muscat yang diduga tercemar residu pestisida di atas ambang batas, sehingga berpotensi mengancam ketahanan pangan masyarakat.
Untuk mengatasi tantangan ini, Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) menggagas penandatanganan komitmen bersama dengan berbagai stakeholder pangan di Bengkulu, antara lain Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Bengkulu, Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP), Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, serta melibatkan lembaga lainnya seperti Angkasa Pura II, Badan SAR, BMKG, Bea Cukai, dan Lanal Bengkulu.
Dalam rangkaian acara sosialisasi memperingati Hari Karantina Indonesia ke-147, Kepala Balai Besar Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan Sumatera Utara, Prayatno Ginting, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antar stakeholder untuk melindungi sumber daya alam hayati di Bengkulu. Terkait penyebaran penyakit ngorok pada ternak, ia menegaskan perlunya koordinasi lintas sektor agar dampak penyakit dapat diminimalkan.
“Jika tidak ditangani dengan baik, penyebaran penyakit ini bisa berdampak luas, mengancam kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan negara. Karena itu, melalui talkshow dan penandatanganan komitmen bersama ini, kami berupaya menjalin sinergi lintas sektor untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi penting yang harus ditangani bersama demi menjaga kekayaan sumber daya hayati,” jelas Prayatno.
BKHIT, yang telah beroperasi selama 147 tahun, berperan penting dalam pencegahan hama dan penyakit hewan karantina (HPKP) serta organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Dengan kolaborasi yang terjalin, diharapkan ancaman terhadap sektor peternakan dan ketahanan pangan di Bengkulu ini dapat segera ditangani sehingga kerugian ekonomi dapat dicegah.
Hafli Hasibuan, Kepala Satuan Pelayanan Bandara Pelabuhan BKHIT Bengkulu, menambahkan bahwa kekayaan SDA hayati endemik Bengkulu, seperti betet Enggano, anggrek pensil, kopi, dan sarang burung walet, perlu terus dijaga agar tidak punah.
“Jika kita lengah, penyebaran penyakit bisa terjadi. Kita semua wajib menjaga agar kekayaan SDA hayati Bengkulu tetap lestari untuk keberlanjutan generasi mendatang,” ujarnya.
Acara sosialisasi yang berlangsung di salah satu hotel di Kota Bengkulu tersebut turut dihadiri Asisten II Pemprov Bengkulu, Raden Ahmad Denni, yang memberikan apresiasi terhadap upaya BKHIT dalam menjaga kekarantinaan. Mengusung tema “Sinergi Menjaga dan Melindungi Kelestarian Sumber Daya Alam (SDA) Hayati, Ketahanan Pangan, dan Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Provinsi Bengkulu,” sosialisasi ini dihadiri oleh lebih dari 100 perwakilan stakeholder.
Upaya bersama ini diharapkan mampu memperkuat kesejahteraan masyarakat Bengkulu dan menjaga kelestarian sumber daya alam bagi keberlanjutan Provinsi Bengkulu di masa mendatang.
Pewarta : Zoel
Editor : Ardy