Pemerintah Desa Pematang Sapang dan KKN UNIB Adakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Eco-Enzyme

Share it
Pemerintah Desa Pematang Sapang, Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara, bekerja sama dengan Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Bengkulu (UNIB) periode 102, Kelompok 78, mengadakan pelatihan pembuatan pupuk eco-enzyme. Pelatihan ini bertujuan untuk memanfaatkan sampah rumah tangga menjadi bahan yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.(02/08/2024)(foto:Agus/Selimburcaya.com).

Bengkulu Utara, Selimburcaya.com – Pemerintah Desa Pematang Sapang, Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara, bekerja sama dengan Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Bengkulu (UNIB) periode 102, Kelompok 78, mengadakan pelatihan pembuatan pupuk eco-enzyme. Pelatihan ini bertujuan untuk memanfaatkan sampah rumah tangga menjadi bahan yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Pelatihan yang dilaksanakan di Balai Desa Pematang Sapang pada Rabu (31/07/2024) ini dibuka langsung oleh Kepala Desa Pematang Sapang, Esbendi. Ketua kelompok KKN UNIB, F. Radithya Majdi, menyampaikan materi tentang cara-cara pembuatan dan pemanfaatan eco-enzyme. Radithya menjelaskan bahwa eco-enzyme adalah hasil fermentasi limbah organik dapur yang memiliki banyak manfaat, baik untuk alam maupun manusia. Manfaat tersebut antara lain sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, filter air, pupuk alami untuk tanaman, serta dapat membantu menurunkan efek rumah kaca.

“Sampah organik yang ada di rumah ternyata memiliki sejuta manfaat jika diolah dengan cara yang tepat. Selain bisa menjadi pupuk kompos, sisa sampah organik juga bisa dibuat menjadi eco enzyme,” jelas Radithya.

Eco enzyme tidak hanya berguna untuk pertanian tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan untuk cairan pembersih serbaguna, seperti pembersih lantai, udara, sabun cuci, shampo, obat kumur, hingga desinfektan. Radithya menambahkan bahwa bonus dari mengolah sampah organik menjadi eco enzyme adalah pengurangan pengeluaran rumah tangga, serta kontribusi dalam merawat lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis.

Menurut Radithya, proses pembuatan eco enzyme sangat mudah dengan formula 1:3:10, yaitu 1 bagian gula merah atau molase, 3 bagian sampah organik (kulit buah atau sayur yang tidak keras, tidak berlemak, tidak bergetah, dan tidak busuk), dan 10 bagian air. Gula merah dimasukkan ke dalam air (60% dari volume wadah), kemudian sampah organik yang telah dipotong-potong dimasukkan ke dalam larutan gula. Setelah itu, campuran ini ditutup rapat dan dibiarkan selama 3 bulan.

Radithya berharap para peserta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari dan mengubah sampah organik menjadi eco enzyme di rumah mereka.

“Dengan membuat eco enzyme, masyarakat sudah turut serta merawat bumi, ikut berpartisipasi mengurangi beban bumi, dan sekaligus menerapkan gaya hidup minim kimia sintetis,” tutup Radithya.

Pewarta : Zoel

Editor : Ardy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *