Bank Indonesia Bengkulu Dorong Pengendalian Harga Pangan Jelang Akhir Tahun untuk Cegah Inflasi

Share it
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, menyampaikan bahwa inflasi di Bengkulu masih terkendali dan berada pada angka yang optimis. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga kestabilan ini hingga akhir tahun.(05/10/2024)(foto:Robi/Selimburcaya.com).

Bengkulu, Selimburcaya.com – Menjelang akhir tahun 2024, Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus mengupayakan langkah pengendalian harga komoditas pangan guna mencegah kenaikan angka inflasi di Provinsi Bengkulu. Meskipun data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren penurunan inflasi, upaya antisipasi tetap diperlukan untuk menjaga stabilitas harga selama tiga bulan terakhir di tahun ini.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, menyampaikan bahwa inflasi di Bengkulu masih terkendali dan berada pada angka yang optimis. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga kestabilan ini hingga akhir tahun.

“Kita bersyukur, dan Alhamdulillah, menurut BPS, inflasi sangat terkendali. Inflasi tahun kalender juga masih sangat rendah, jadi optimis sampai dengan tiga bulan ke depan—Oktober, November, dan Desember—jika tidak ada hal luar biasa, target inflasi dalam rentang 2,5 persen plus minus satu bisa tercapai,” ujar Wahyu.

Wahyu menjelaskan bahwa TPID tidak hanya berfokus pada menjaga inflasi serendah mungkin, tetapi juga memperhatikan keseimbangan antara kepentingan produsen dan konsumen. Pengendalian harga, katanya, sangat bergantung pada produksi. Jika pasokan barang mencukupi, harga akan tetap stabil.

“Pengendalian harga itu berasal dari sisi produksi. Jika produksinya cukup, dan barangnya tersedia, Insyaallah harganya terjaga,” jelas Wahyu.

Ia juga menekankan pentingnya manajemen stok, terutama untuk komoditas pangan. Dengan stok yang cukup dan terkelola dengan baik, kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi tanpa kenaikan harga yang signifikan di pasar.

“Manajemen stok ini penting, apakah diperlukan hilirisasi, penyimpanan, atau peningkatan nilai tambah. Misalnya, komoditas cabai tidak hanya dijual segar, tapi juga diolah, yang bisa mendukung pertumbuhan UMKM serta ekonomi lokal,” lanjut Wahyu.

Lebih jauh, Wahyu menyoroti pentingnya kerja sama antara pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengelola stok komoditas saat pasokan melimpah. Ia mencontohkan, jika sedang panen padi, maka beras yang dihasilkan sebaiknya disimpan sebagai cadangan untuk pemerintah, yang nantinya bisa digunakan untuk intervensi pasar saat harga mulai naik.

“Kalau sedang panen, lebih baik berasnya disimpan sebagai cadangan beras pemerintah. Nanti, saat harga mulai naik, kita bisa intervensi dengan pasar murah atau operasi pasar,” tambahnya.

Selain menjaga keseimbangan suplai dan permintaan, Bank Indonesia Bengkulu juga berperan dalam mengoptimalkan komunikasi guna mengatasi ekspektasi inflasi yang sering muncul di kalangan masyarakat. Wahyu menekankan bahwa inflasi bukan hanya soal suplai dan permintaan, tetapi juga ekspektasi masyarakat terhadap harga.

“Kadang orang berekspektasi bahwa menjelang tahun baru harga pasti naik, sehingga mereka membeli lebih banyak. Padahal, jumlah barang sebenarnya mencukupi. Ini perlu dikomunikasikan dengan baik ke produsen dan konsumen, supaya tidak terjadi penimbunan barang atau pembelian yang berlebihan,” jelas Wahyu.

Ia pun mengimbau masyarakat untuk berbelanja secara bijak, sesuai kebutuhan, agar stabilitas harga bisa terus terjaga hingga akhir tahun.

“Belanjalah sesuai kebutuhan, bukan keinginan,” tutup Wahyu.

Pewarta : Robi

Editor : Ardy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *