Rejang Lebong, Selimburcaya.com – Ibet merupakan bekal tradisi masyarakat Rejang yang mayoritas hidup sebagai petani pekebun. Sehingga, ibet yang dibawa ke kebun selalu dilengkapi dengan varian lauk pauk dengan cita rasa khas.
‘’Sebagai masyarakat agraris, masyarakat Rejang selalu membawa bekal ke kebun. Bekal yang dibawa bukan hanya gula dan kopi saja. Tapi, bekal utama yang disiapkan adalah ibet dengan berbagai lauk. Biasanya ibet berisi nasi kuning santan atau ketan yang dipadatkan lalu dibungkus daun pisang dan diikat dengan tali. Sehingga, memudahkan petani saat membawa ibet,’’ ungkap Kadis Dikbud, Drs. Noprianto, MM saat dijumpai media center di arena lomba masak dan mengemas ibet di panggung utama Festival Budaya dan Bazar UMKM HUT Curup di Lapangan Dwi Tunggal, pukul 10.00 WIB, Jum’at.
Diakui Noprianto yang juga anak petani pekebun kopi ini tradisi membawa ibet di kalangan petani yang berangkat ke kebun maupun akan menempuh perjalanan jauh sudah mulai ditinggalkan.
‘’Tradisi membawa ibet ini sudah bergeser seiring waktu. Petani lebih suka memasak santap siang langsung di pondok kebun. Termasuk anak-anak sekolah yang belajar dari pagi hingga sore lebih memilih nasi ayam geprek atau makanan cepat saji lain yang lebih praktis. Padahal, ibet bukan sekadar bergizi dan mampu memenuhi kebutuhan kalori. Namun, ibet dengan menu sesuai selera yang dimasak sendiri akan lebih terjamin kebersihannya,’’ tutur Noprianto.
Manfaat ibet sebagai bekal lanjut Noprianto bukan hanya ringkas, padat dan cukup kalori. Namun, ibet juga lebih mudah dibawa. Tidak akan tumpah saat dibawa karena nasi ibet yang dipadatkan itu dibungkus daun pisang dan diikat kuat.
‘’Jadi ibet bisa lebih tahan banting. Sayangnya tradisi ini sudah bergeser. Makanya, untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian kuliner lokal ini kita sengaja menggelar lomba kreasi nasi ibet. Sehingga, tradisi dan kearifan lokal ini tetap terjaga kelestariannya,’’ demikian Noprianto.
Pewarta : Hafiz
Editor: Ardy